MEWUJUDKAN GENERASI MUDA YANG BERAKHLAK (03042020)

 Tgk. H. Syahminan


Kaum Muslimin Sidang Jamaah Jum’at  yang dirahmati Allah SWT

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT , pada kesempatan  ini kita dapat melaksanakan kewajiban kita sebagai seorang muslim yaitu shalat Jumat secara berjamaah di masjid yang kita cintai ini.

Shalawat dan salam marilah kita sanjungkan keharibaan junjungan Alam Nabi besar Muhammad SAW. Sebagai Nabi  dan Rasul yang terakhir yang sebaik baik pilihan untuk menjadi Rahmat bagi sekalian Makhluk di bumi ini,  Juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya,  yang telah bahu membahu membantu beliau dalam menegakkan kebenaran dan keadilan di muka bumi ini.

 

Kaum Muslimin Sidang Jamaah Jum’at  yang dirahmati Allah SWT

Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib ingin menyampaikan isi khutbah dengan judul “Mewujudkan Generasi Muda yang Berakhlak

Persoalan akhlak adalah persoalan inti dalam agama Islam .Akhlak merupakan hal yang sangat penting dan mendasar, karena akhlak dapat menetapkan ukuran kesempurnaan iman seseorang sebagaimana Sabda Rasulullah saw

عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ مِنْ أَكْمَلِ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَأَلْطَفُهُمْ بِأَهْلِهِ»

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya dan paling lembut dengan keluarganya” (HR  At-Tirmidzi)

عَنْ جَابِرٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku tempatnya pada hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya diantara kalian” (HR At-Tirmidzi )

Akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia tanpa akhlak akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah yang paling mulia. Oleh karena itu, akhlak sangat urgen untuk manusia, urgensi akhlak ini tidak hanya dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Islam merupakan agama samawi yang sangat menjunjung tinggi akhlak yang mulia. Bahkan tugas utama Rasulullah saw diutus ke dunia untuk menyempurnakan ahklak manusia. Sebagaimana Sabdanya:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

Artinya:Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.(HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Rasulullah diutus untuk menyempurnakan dan memperbaiki akhlak umat manusia, sekaligus sebagai contoh teladan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab [33]: 21). 

 

Dalam Ayat yang lain Allah menpertegas bahwa  Rasulullah saw memiliki akhlak yang diciptakan oleh Allah  sebagai  sebuah model yang sangat patut diteladani dalam mewujutkan generasi generasi muda yang berakhlakul karimah  sebagaimana FirmanNya:

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar memiliki akhlak yang agung.” (QS Al-Qalam [68]: 4).

Guru atau pendidik dan orang tua  memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan dalam Mewujutkan Generasi muda yang berakhlakul karimah, khususnya dalam kegiatan pembelajaran, pribadi guru sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka meniru, termasuk meniru pribadi guru dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya.

 

Oleh karena itu, wajar ketika orangtua mendaftarkan anaknya ke suatu sekolah akan mencari tahu dulu siapaguru-guru yang akan membimbing anaknya. Tugas pendidik dalam menanamkan nilai nilai kepribadian Rasulullah Bukan sekedar mengajarkan tanggal lahir, kapan hijrah dan seterusnya. Namun lebih pada hakikat akhlak Nabi. Bagaimana beliau mengajarkan rasa saling menghormati orang lain, saling menolong, kasih sayang, menjauhi perbuatan maksiat, dan sifat sifat terpuji lainnya yang dipraktekkan Rasul dalam krhidupan rumah tangga, masyarakat dan bernegara.

 

Kaum Muslimin Sidang Jamaah Jum’at  yang dirahmati Allah SWT

Generasi muda adalah pemimpin  masa depan. Maka tugas kita untuk membimbing mereka dengan segala potensi yang mereka mikiki sehingga mereka menjadi generasi yang kuat dan mampu menjalani kehidupan yang baik pada zamannya. Ali bin abi Thalib mengatakan :

 

لا تعلموا أولادكم ما تعلمتم فإنهم يعيشون زمانا غير زمانكم

‘Jangan kamu mengajari anak-anak mu dengan  apa yang telah kamu  pelajari, karena mereka hidup di waktu yang berbeda dengan mu’

Para pemimpin umat yang ada sekarang tidak akan mungkin berada dalam tampuk kepemimpinan selamanya, tentu harus ada yang menjadi pengganti, dan generasi mudalah yang akan menjadi  pengganti para pemimpin umat kelak, meneruskan estafet kepemimpinan umat, sebagaimana seorang penyair mengatakan:

إن في يد الشبان أمر الأمة وفى إقدامها حياتها

“Sesungguhnya di tangan pemudalah urusan umat, dan dalam kemajuannya lah umat akan hidup”

Pemuda yang akan menjadi pengganti bukalah sembarang pemuda, akan tetapi pemuda yang desiplin dan  bertanggung jawab, dan ini hanya akan kita dapatkan pada generasi Islam yang cerdas dan berakhlak mulia. Untuk mewujudkan generasi muda yang berakhlak Islami, cerdas dan bertanggung jawab, tentunya ini merupakan tanggung jawab bersama para orangtua, masyarakat dan Pemerintah untuk bekerjasama mentranformasikan nilai nilai akhlaqul karimah kepada anak anak. dimulai sejak usia dini. supaya terciptanya  generasi bangsa  yang berkualitas yang mampu bersaing dengan negara-negara lain

Salah satu perkembangan memprihatinkan kita sekarang ini adalah kecenderungan generasi muda meninggalkan akhlak akibat  kemajuan zaman. Saat ini kita semua berada di zaman milenial, zaman serba modern. Dari teknologi, peradaban, bahkan akhlak manusia pun ikut terkontaminasi dengan kemajuan zaman. Sehingga anak-anak yang lahir di zaman ini juga terkena dampak modernisasi. Generasi muda yang ada sekarang, sering tertipu dengan waktu yang mereka miliki, mereka tidak memanfaatkan waktu luang yang mereka miliki untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat untuk masa depan mereka . mereka dilahirkan dalam konteks masyarakat yang sudah terkepung oleh kemajuan teknologi media.

Generasi sekarang  tidak bisa dipisahkan dengan media, seperti yang kita lihat sekarang di Seluruh Aceh  para pemuda nongkrong berjam jam di warung kopi menggunakan HP fasilisas WIFI main Game ounline, judi ounline dan lain lain yang dapat merusak akhlak mereka , menghabiskan waktu di masa muda untuk hal hal yang tidak bermanfaat sehingga  terputusnya transformasi nilai nilai edukasi  dengan orang tua, pendidik dan ulama akhirnya mereka akan menjauh dari agama  dan   terjerumus kedalam jurang kehancuran, melakukan hal hal yang bertentangan dengan syariat, seperti minum minuman keras, memakai narkotika, ganja, morfin, ekstasi, yang dikemas dengan bentuk yang berbeda yang dapat merusakkan potensi generasi muda sebagai harapan agama nusa dan bangsa.

Hal ini sebagaimana diperingatkan Allah SWT dengan firmanNya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah : 90)

 

Kaum Muslimin Sidang Jamaah Jum’at  yang dirahmati Allah SWT

 Kendatipun jenjang pendidikan formal dan lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan akhlak generasi muda, namun keluarga memiliki andil yang besar sebagai lembaga pendidikan pertama  yang dilalui anak, bahkan ketika anak lahir pun pendidikan pertama tetap dilakukan keluarga lewat peran orangtua, yaitu berupa pendidikan tauhid dengan memperdengarkan azan dan iqamah di telinga anak oleh orangtuanya sendiri.  Karena hikmah dan rahasia adzan di telingan bayi pada saat dilahirkan di antaranya adalah agar yang pertama mengetuk telinganya adalah kalimat-kalimat yang mengandung kebesaran dan keagungan Allah, juga kalimat syahadat yang pertama menjadikannya masuk Islam. Sehingga seakan merupakan talqin untuknya syi’ar Islam ketika ia masuk ke dunia (talqîn al Muhktdhar) sebagaimana talqin kalimat tauhid ketika ia keluar dari dunia. Tidak diingkari tentang sampainya dampak dan pengaruh adzan tersebut ke dalam hatinya walau ia tidak merasakannya. Juga setan lari ketika mendengar adzan.

Orangtua adalah rule model yang harus ditiru keteladanannya. Sebagai model, orangtua harus memberikan contoh yang terbaik bagi anak anak dalam keluarga, sikap dan perilaku orangtua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Anak-anak cenderung meniru apa yang dilihat dan ditemukan dalam keluarga, anak diibaratkan bagaikan radar yang akan menangkap segala bentuk sikap dan tingkah laku yang terdapat dalam keluarga.

Dengan demikian, terbuktilah bahwa keluarga merupakan penyelenggara utama pendidikan secara kodrati, seperti pepatah arab menyebutkan “Al-ummu madrasatul ula, iza a'dadtaha a'dadta sya'ban thayyibal a'raq"- Ibu adalah madrasah (lembaga pendidihan) pertama bagi anak-anaknya, bila engkau persiapkan dengan baik, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik pada hakekatnya anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Sebagaimana Nabi Muhammad saw  bersabda berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ

 Artinya:dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya? (HR Muslim)

Maka jelaslah bahwa semua anak yang lahir diatas dunia ini bersih dalam artian tidak ada menanggung dosa, dan memiliki potensi untuk berkembang, dengan potensi itulah setiap anak yang lahir mencontoh dan mempelajari apa yang dilihatnya

 

Kaum Muslimin Sidang Jamaah Jum’at  yang dirahmati Allah SWT

Pendidikan dilingkungan keluarga berlangsung sejak anak lahir, bahkan setelah dewasa orangtua tetap masih berhak memberikan nasehat kepada anak sebagaimana ditegaskan Allah dalam al-Qur’an berikut:

 

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.(QS . An-Nisa :36)

 

 Ayat diatas menjelaskan bahwa anak berkewajiban berbakti dan berbuat baik kepada keduanya setelah meng-Esakan Allah. Berbakti kepada kedua orangtua dalam bentuk kasih sayang dapat diwujudkan ketika keduanya masih hidup, mereka berhak mendapatkan pelayanan yang prima dari anak-anaknya, perkataan lemah lembut, perasaan hormat, kasih sayang, syukur atas jasa dan bakti keduanya, terutama ketika keduanya beranjak masa tua dan semakin sensitif terhadap segala perlakuan di sekelilingya.

Sedangkan bakti anak kepada orangtua setelah mereka meninggal dunia adalah dengan rutin mendoakan dan memohon ampun kepada keduanya, menyambung silaturahmi dengan teman  temannya, menjaga  persaudaraan dengan kerabatnya, bershadaqah atas nama keduanya, menjaga nama baiknya, mencontoh kebaikannya, menyebarkan Ilmu yang bermanfaat yang pernah diajarkannya, melakukan Apa yang disukanya berupa kebaikan, memenuhi Janji dan wasiat yang pernah diucapnya dan melunasi hutangnya, memuliakan kawan-kawan terdekat mereka dan bersilaturrahmi dengan orang-orang yang telah mereka dilakukan selama hidup mereka

Ayat diatas juga menggambarkan pola interaksi dengan Allah dan  orangtua dan mengisyaratkan bahwa keluarga memiliki nilai strategis dalam  memberikan pendidikan nilai atau transfer of value kepada anak yang dimulai sejak kecil hingga dewasa. Ayat diatas memberikan isyarat kepada kita tahapan Tranformasi  Edukatif  dalam Mewujudkann Akhlak Generasi Muda antara lain sbb :

 

1.      Pendidikan Ilahiyah.ا

Tugas orang tua pertama harus mentranfer nilai nilai pendidikan ilahiyah kepada anak anaknya  (وَٱعۡبُدُواْٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡ‍ٔٗا) Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun,. Sehingga anak tersebut mengenal Allah dan taat dalam menjalankan segala perintahNya.

 

2.      Pendidikan hablum Minan Nas

Orangtua harus mengajarkan bagaimana seorang anak berinteraksi yang baik dengan kedua ibu bapanya sehingga ia menjadi anak yang baik berbakti kepada keduanya tidak menelantarkan keduanya  (وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا) Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh serta teman sejawat dan masyarakat lainnya.

 

3.      Pendidikan Shalat

Sebagaimana diperintahkan Rasulullah dalam sabdanya:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ»

Artinya: “Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).”

Kalimat وَاضْرِبُوهُم dalam teks hadist diatas fi’il amr bermakna perintah memukul mereka (anak anak) yang tidak melaksanakan shalat tepat pada umur tujuh tahun. Namun memukul disini bermakna ta’lîm untuk mengajarkan, memberi nasehat secara berulang ulang agar mereka terbiasa semenjak kecil.          

Dari hadits tersebut ditekankan akan kewajiban yang utama bagi orangtua untuk Seorang Ayah untuk memerintahkan anaknya untuk melakukan shalat saat mereka  berusia tujuh tahun dan memukulnya (apabila masih belum melaksanakan shalat) saat mereka berusia sepuluh tahun. Anak kecil diperintahkan Rasulullah saw untuk melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun dan dipukul saat mereka berusia sepuluh tahun.

Inilah tiga langkah yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh orangtua dan pendidik  untuk mempersiapkan Generasi muda yang taat dan berakhlakul karimah

Comments

Popular posts from this blog

Teungku Chik Lamjabat

BLANG PADANG SIAPA PUNYA ???