CARA RASUL MENGAJARKAN AKHLAK KEPADA SAHABAT (24012020)
Oleh: Fauzi Saleh
Akhlak sebagai prilaku yang tertanam dalam jiwa dan terwujud dalam ucapan dan perbuatan secara mudah dan otomatis. Ia merupakan rahmat Allah yang istimewa sebagai firman-Nya;
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ
الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ
عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya. (Ali ‘Imran: 159)
Akhlak merupakan modal penting dalam
mengarungi kehidupan di dunia dan kebahagiaan di akhirat nanti. Rasulullah saw memberikan teladan akhlaqul
karimah kepada sahabatnya dan kita sebagai umatnya agar dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sahabat-sahabat Nabi saw merupakan murid terbaik yang
telah mendapatkan bimbingan untuk berucap dan bersikap dengan prinsip budi
pekerti yang mulia.
Rasul saw menanamkan akhlak itu dalam
diri sahabat dengan cara khas dan unik yang perlu diteladani.Di antaranya
adalah sebagai berikut:
Pertama, ta’lim bil hal. Akhlak dan perilaku Rasulullah Saw
dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk pengajaran kepada sahabatnya.
Tingkah laku dan sikap interaksi beliau dengan keluarganya mengajarkan sahabat
bagai hidup dengan orang yang dekat mereka. Rasul saw memanggil Ummul mukminin
dengan panggilan yang indah “Ya Humairah” (wahai kemerah-merahan), ya ‘Aisy dan Ya Ibnatu ash-Shiddiq (wahai
anak as-Siddiq). Panggilan ini
seolah-olah beliau sedang mengajarkan sahabat dan kita semua bagaimanaya
memanggil orang lain yang menggugah,
motivasi dan inspirasi kepada siapa yang dipanggilnya. Hubungan munadi (yang
memanggil) dan munada (yang dipanggil) akan berdampak kepada nida’ (objek
panggilan yang diharapkan untuk dilaksanakan).
Hal ini sejalan dengan apa yang
diajarkan Al-Quran bagaimana Ibrahim memanggil anaknya Ismail, panggilan
lembut, menarik dan memberikan kesan (impression) yang akan dikenang selamanya.
Banyak sahabat yang sangat merindukan panggilan Rasul saw. Ali merindukan
panggilan Abu at-Turab, Jakfar ibn Abi Thalib (Abu Masakin: ayahnya orang-orang
miskin), Abu Bakar (As-Siddiq: orang yang membenarkan), Utsman bin Affan (Dzu
Nurain: Pemilik dua cahaya), Zainab bin Khuzaiman (Ummul Masakin: Ibunya
orang-orang miskin dan seterusnya. Semua panggilan punya kisah tersendiri,
indah dan berkesan bagi yang berkesangkutan dan juga bagi orang memanggilnya di
kemudian hari.
Akhlak ini kemudian mengajarkan kita
bagaimana memanggil sesama sebagai wujud implementasi firman Allah swt dalam
Qs. Al-Hujurat.
Janganlah kalian memanggil dengan
panggilan yang buruk
Praktek ini menggambarkan relevansi
dengan apa yang dikerjakan beliau di antaranya adalah taqwa kepada Allah dan
akhlak yang baik paling banyak antarkan orang masuk ke dalam surga orang
beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya
Kedua, ta’lim
bil lisan (ucapan Rasul saw). Rasulullah Saw bertanya kepada Abu Dzar:
Maukah kamu aku tunjukkan akan perilaku yang terkenal menghantarkan ke dalam
surga . Abu Dzar menjawab Ya Rasulullah Rasul bersabda akhlak yang baik dan
bersikap diam.
Ketiga,
Rasulullah Saw memberikan apresiasi tentang potensi kebaikan pada seseorang di
antara sahabat. Nabi saw pernah menyebutkan: “Abu Dzar, engkau punya dua
perilaku yang dicintai oleh Allah Swt; perilaku hilmu (penyabar) dan
lembut”
Keempat, melibatkan sahabat dalam kehidupannya. Adalah Anas bin
Malik hidup lama bersama Rasulullah Saw. Sejak beliau berusaha enam tahun.
“Saya melayani Rasul saw selama 10 tahun tidak pernah beliau mengucap ketika
saya mengerjakan sesuatu kenapa engkau mengerjakannya atau ketika saya tidak
mengerjakan sesuatu, beliau tidak menanyakan “kenapa engkau tidak
mengerjakannya”[1]. Rekaman kebaikan
akhlak yang luar biasa ini berjalan dalam durasi yang lama, bukan dalam waktu 1
atau 2 hari 1 tahun 2 tahun, tetapi adalah selama satu dekade atau 10 tahun.
Baginda Rasul saw tetap konsisten menunjukkan Akhlak Yang Mulia yang dipuji
oleh penghuni langit dan bumi dan itu bentuk pengajaran yang efektif bagi
sahabat dan umatnya.
Keenam,
mengajarkan doa untuk berakhlaqul karimah. hadis rasulullah shallallahu alaihi
wasallam mengajarkan doa yang indah kepada sahabat dan kita semua: ya Allah Aku
berlindung kepada engkau dari perpecahan, kemunafikan dan akhlak yang jelek
hadis riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi.
Doa tidak hanya dilafalkan, tetapi
ditadabburi kandungannya. Setiap lafaz itu merupakan bentuk internalisasi
kebaikan prilaku dalam diri orang yang berdoa. Keinginan dalam diri seseorang,
diwujudkan dalam tingkah laku dan kemudian dipintakan kepada Allah akan memberikan
taufik agar ia memudah mengamalkan kebaikan tersebut dalam hidupnya. Lebih dari
itu, orang yang berdoa berharap dapat istiqamah untuk mengamalkannya.
Keenam,
berakhlak untuk semua. Adalah nabi saw bila melewati anak-anak, beliau
memberikan salam kepada mereka (HR Bukhari Muslim)[2].
Anak-anak yang usia belia ketika diberikan penghargaan, salam, penghormatan
atau apresiasi apapun akan menumbuhkan akhlak untuk menghormati dan menghargai.
Ini anugerah dan keistimewaan yang Allah
berikan kepada Rasul saw. sebagaimana Firman Allah swt.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ
كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ
عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya. (Ali ‘Imran: 159)
Ketujuh, akhlak untuk solusi persoalan.
Seorang sahabat menghadapi kerugian besar dari penjualan buah-buahan dan
bertambah pula utang piutangnya. Dia bertemu dengan Rasulullah Saw. Dan beliau
menyampaikan kepada sahabat lain untuk bersedekah kepadanya. Mereka pun
bersedekah tetapi tentu tidak dapat mencapai jumlah uang guna melunasi
utangnya. Nabi saw mengatakan kepada yang berpiutang “Ambillah apa yang kalian
dapatkan (dari orang ini) dan itulah yang dapat kalian ambil”. Dalam hal ini,
Rasul membantu untuk meringankan sahabat yang mengalami kerugian besar dan juga
mengetuk hati orang yang berpiutang untuk memberikan kemudahan bagi orang yang
berhutang.
Sebuah riwayat dari Anas bin Malik ia
mengatakan ketika kami sedang duduk dalam masjid bersama Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam datanglah seorang badui lalu dia berdiri dan kencing sahabat
mengatakan: “jangan-jangan”. Rasulullah saw. Bersabda: “Biarkanlah”. Mmereka
pun membiarkan si Badui ini sehingga selesai kencing, Rasulullah Saw
memanggilnya dan berkata: “sesungguhnya masih ini tidak layak untuk sesuatu
semacam kencing dan kotoran. Mesjid (diperuntukkan) untuk zikir kepada Allah,
shalat dan membaca al-Quran. Beliau menyuruh seseorang membawa setimba air guna
membersihkannya (HR Muslim)[3]
[1](خَدَمْتُ
النبيَّ صلى الله عليه وسلم، عشر سنين بالمدينة، وأنا غلامٌ، ليس كلُّ أمري كما
يشتهي صاحبي أن أكون عليه، ما قال لي فيها: أفٍّ قطُّ، وما قال لي: لم فعلتَ هذا؟
أو أَلَا فعلتَ هذا).[
[2]عن
أنس رضي الله عنه، قال: «كَانَ
صلى الله عليه وسلم يَمُرُّ بِالصِّبْيَانِ فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِمْ» (البخاري
ومسلم).
[3]فعن أنس بن
مالك ـ رضي الله عنه ـ قال: بينما نحن في المسجد مع رسول الله صلى الله عليه وسلم
إذ جاء أعرابي ، فقام يبول في المسجد، فقال أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم :
مَه مَه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (لا تزرموه، دعوه) ، فتركوه حتى
بال ، ثم إن رسول الله صلى الله عليه وسلم دعاه فقال له: (إن هذه المساجد لا تصلح
لشيء من هذا البول ، ولا القذر، إنما هي لذكر الله، والصلاة، وقراءة القرآن) قال:
فأمر رجلاً من القوم فجاء بدلو من ماء فشنّه عليه. رواه مسلم
Comments
Post a Comment