ISRAK MI’RAJ DAN TAHUN DUKACITA (13032020)
Oleh Abiya Muhammad Hatta, Lc, M.Ed
Bulan Rajab adalah bulan penuh dengan
keistimewaan dan keagungan, dimana banyak kejadian yang terjadi didalam bulan
ini, termasuk yang paling penting adalah peristiwa Israk dan Mikraj Nabi
Muhammad SAW.
Pada tahun ke 10 Hijriah, Rasulullah SAW
diberikan sebuah ujian besar dalam hidupnya dengan wafat isteri yang sangat
beliau cintai yaitu Siti Khadijah, dimana saat itu umur baginda Rasulullah saw
adalah sekitar 50 tahun sementara umur Siti Khadijah adalah 65 Tahun. Khadijah adalah merupakan seorang isteri
serta seorang yang sangat berperan dalam dakwah Rasulullah saw, wafatnya siti
Khadijah ini terjadi setelah wafatnya paman Rasulullah saw yang sangat
mendukung perjuangan beliau yaitu Abu Thalib, sekalipun beliau tidak diberikan
nikmat Iman oleh Allah swt, namun jasa-jasa beliau terhadap perjuangan
Rasulullah saw adalah sangat besar.
Maka pada tahun ini, disaat Allah swt
mengambil kedua-dua orang yang sangat dekat dengan Rasulullah saw, menjadi
tahun sangat gundah atau Amul Hazan bagi Rasulullah saw. Dan yang menyebabkan rasa sedih yang lebih
besar adalah ketika pamannya Abu Thalib meninggal dalam keadaan kufur tidak
beriman kepada Allah swt :
Artinya :
Sesungguhnya engkau tidak bisa
memberikan hidayah kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allah swt yang akan
memberikan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki ( QS. Al-Qashash 56)
Maka dari kejadian ini, dapat dipetik
beberapa hikmah menjadi pengajaran bagi kita sebagai mukmin:
Pertama, sesungguhnya penjagaan dan
pertolongan adalah dari Allah swt, seandainya Abu Thalib hidup hingga
keberhasilan Nabi Muhammad saw mendirikan kota Madinah, maka barangkali orang
akan beranggapan bahwa keberhasilan Rasulullah saw karena dukungan Abu Thalib,
namun ternyata tanpa beliaupun Rasulullah saw tetap sukses dan berhasil dalam
dakwahnya karena semuanya dijaga dan dipelihara oleh Allah swt.
Kedua, banyak orang beranggapan bahwa
kesedihan Nabi adalah karena wafatnya Khadijah dan Abu Thalib, tetapi
sebenarnya lebih kepada tidak berimannya Abu Thalib, serta tekanan dan
intimidasi kafir Quraisy ketika itu semakin buruk dan semakin berani
Ketiga, hikmah bahwa perjuangan
Rasulullah Saw senantiasa dilakukan sekalipun beliau dalam keadaan gundah dan
tantangan yang berat.
Termasuk salah satu riwayat menyebutkan,
sebagai asbab nabi diperintahkan utuk melakukan Israk dan Mikraj, adalah
sebagai bentuk penghargaan Allah swt bagi Rasulullah saw pada tahun tersebut untuk
menyabarkan Rasulullah yang sedang bersedih, dimana dengan kejadian Israk
Mikraj, yaitu Rasulullah saw diperjalankan dari masjidil haram ke masjidil aqsa
dan seterusnya ke sidratul muntaha.
Tentunya ini suatu kejadian yang luar biasa yang belum pernah terjadi
bagi makhluk lain didunia ini.
Sebagaimana disebutkan di dalam surat
Al-Isra`
Artinya :
Mahasuci Allah yang memperjalankan
hamba-Nya di waktu malam dari masjidil haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami
berkahkan disekelilingnya, untuk kami perlihatkan ayat-ayat kami. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha
melihat.(QS. Al-Isra` 1)
Rasulullah merasa sangat berbahagia
dengan kejadian ini, karena beliau bertemu langsung dengan Allah swt melalui
hijab yang dibukan kepada beliau, dan oleh-oleh yang dibawa pulang oleh
Rasulullah saw adalah berupa Shalat lima
waktu.
Maka sebagai mukmin yang taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, marilah kita menjaga shalat ini sebagai bentuk rasa cinta
kita kepada Rasulullah saw karena ini adalah syariat yang Allah perintahkan
disaat amul hazan dimana saat Rasulullah saw dalam keadaan duka yang sangat
mendalam ternyata obatnya ada didalam shalat, sesuai dengan firman Allah swt :
Artinya :
Wahai orang yang beriman, mintalah
pertolongan Allah swt dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang sabar.( QS. Al Baqarah 153)
Comments
Post a Comment